Senin, 30 April 2012

perang

seharusnya aku bersyukur
udara pagi yang ku hirup bukanlah asap meriam
cahaya matahari yang terbit bukanlah api senapan

seharusnya aku bersyukur
aku terlahir di ranjang yang nyaman
bukan di medan perang

tak sepantasnya aku mengeluh
sakit yang kurasa di jantung ini karena cinta
bukan karena peluru tajam

tak sepantasnya aku mengeluh
dengan lauk sederhana di meja makan
bukan sarapan dengan daging saudara atau tetangga
dan minumanya darah segar dari jantung manusia

tak sepantasnya aku bosan
dengan mendengar ribuan lagu yang sama setiap harinya
dari pada mendengar alunan nada tembakan sebagai gitar
meriam sebagai drumnya dan serdadu adalah vokalisnya

tak seharusnya aku aku mencela nikmat tuhan
melihat di sana ada yang tersiksa demi mengesakan namanya

aku terlahir di bumi yang hijau, saat semuanya sudah damai
udara yang ramah dan penuh keindahan alam
aku tak terlahir di negara sebrang sana yang sedang dalam peperangan
setiap harinya diliputi rasa was was dan cemas

tapi yang ku lihat di sini, di negri ini adalah orang yang ingkar
orang yang rakus, dan orang yang buta
kerjanya hanya mengeluh, mencela, dan merampas
seakan hidup selamanya di surga dunia ini

bukankah hidup teramat singkat
sesingkat peluru keluar dari mulut pistol menuju jantung

apa kata orang di sebrang sana
mungkin dia berkata
wahai gembel ibu kota yang hanya makan seadanya
lebih baik aku menjadi dirimu dari pada aku berada di sini
aku seperti sudah berada di neraka walau belum mati

by : Septo Isdi Saputro
30 April 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar